Kamis, 18 November 2010

ROCK

ROCK and ROPE SKILLS

Kegiatan memanjat cukup banyak mandapat perhatian kalangan pencinta alam, pendaki gunung, masyarakat dan mass-media. Sebagian besar kelompok mereka akan merasa ketinggalan jaman jika tidak memberikan mata pelajaran memanjat tebing. Padahal kegiatan merambah tebing terjal ini sebenarnya sudah lama dilakukan oleh penduduk dibanyak desa di Indonesia.Dalam pemanjatan para pendaki gunung umumnya menghadapi dinding atau tebing terjal, dengan sudut kemiringan antara 60 dan 90 derajat atau bahkan lebih. Pendakian seperti ini jelas lebih sulit karena pendaki dituntut untuk mampu memanfaatkan tonjolan atau rekahan sebagai tumpuan dalam pemanjatan. Fungsi tangan menjadi mutlak, baik untuk tumpuan maupun untuk penyeimbang beban tubuh sewaktu melakukan gerakan-gerakan memanjat.

Ada dua jenis pemanjatan : pemanjatan tanpa pengaman atau merayap bebas dan pemanjatan menggunakan pengaman. Pada yang pertama, pendaki mengandalkan kekuatan jemari tangan sepenuhnya dan keterampilan mengatur keseimbangan tubuh. Motivasi pemanjatan tanpa pengaman adalah ingin menghadapi tantangan yang lebih besar. Kini di tanah air lebih berkembang pemanjatan dengan pengaman. Pemanjatan yang melibatkan berbagai macam pengaman dan tali ini minimal harus dilakukan oleh dua orang. Orang pertama bertugas sebagai pencari atau pembuka jalan, sekaligus memasang pengaman pada jarak-jarak tertentu. Orang kedua sebagai “penambat” (belayer) atau orang yang mengamankan orang pertama melalui tali yang terikat di pinggang atau sabuk pengamannya masing-masing.

Meskipun sudah memakai pengaman, tidak berarti pemanjatan ini menjadi mudah. Kedua cara pemanjatan itu tetap bertumpu pada kekuatan dan keterampilan dalam memanjat kecuali jika alat pengaman juga digunakan sebagai alat bantu penambah ketinggian. Dalam artificial atau aid climbing, alat pengaman dimanfaatkan sebagai tumpuan atau pijakan sewaktu pemanjat berusaha meraih pegangan yang ada di atasnya. Kalau alat pengaman sematamata dipakai sebagai pengaman, pemanjatannya disebut free climbing.

Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :

1. Hill Walking / Feel Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari. Contohnya perjalanan ke Gunung Semeru

2. Scarmbling
Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Contohnya : pendakian di Gunung Panderman jalur setelah Watu gede.

3. Climbing
Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan. Bentuk climbing ada 2 macam. :

a. Rock Climbing
Pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing
Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll.
Dari tahapan di atas berjalan adalah kegiatan yang paling banyak di lakukan di Indonesia.
Dalam mendaki gunung ada 2 faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu pendakian, antara lain :
• Faktor yang pertama sifatnya intern, artinya datang dari si pendaki gunung itu sendiri (subjective danger) kalau faktor ini tidak di persiapkan secara sungguh – sungguh maka akan mengalami kesulitan, persiapan yang kurang akan mendatangkan bahaya bagi si pendaki.
• Faktor ke dua sifatnya ekstern, artinya datng dari luar si pendaki gunung, dalam arti bahaya ini datang dai alam, seperti hujan, badai, angin kencang dll, sehingga secara teknis disebut (objective danger) faktor ini masih bisa di perhitungkan meskipun tidak se mudah memperhitungkan faktor intern.

KNOWLEDGE OF ROPES
Tali dan simpul merupakan dua hal yang sering kita jumpai dan kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi dalam kegiatan di alam bebas (outdoor activity) yang merupakan suatu keutamaan dalam menjaga keamanan pelaku kegiatan. Hakekat dari penggunaan tali dan simpul sendiri adalah untuk keamanan, keselamatan, kekuatan serta kemudahan melakukan kegiatan. Dengan menguasai tali temali serta mengetahui dan mengerti kegunaannya maka kegiatan kita yang mengutamakan keamanan dapat berlangsung dengan baik.
Untuk latihan diperlukan perlengkapan memanjat seperti tali, dulu digunakan tali alami dari serat tumbuhan. Kini dengan ditemukannya serat sintetis seperti nylon polyamide, kekuatan dan daya redam tali menjadi lebih besar. Tali yang dianjurkan digunakan dalam pemanjatan harus mampu menahan beban tarik statis sekitar 2000 kg untuk yang berdiameter 11 mm dan 1750 kg untuk yang berdiameter 9 mm, dan mampu meredam beban jatuh dinamik dibawah 2000 kg, sesuai dengan ketetapan Union des Assocoations d’Alpinisme . Alat-alat lain seperti sabuk pengaman (harness), cincin kait (carabiner), pengaman pasak (piton), pengaman sisip (chock), meskipun ringan namun sangat kuat, karena terbuat dari bahan ringan seperti aluminium, chrome molybdenum atau titanium.

PEMELIHARAAN TALI
Hal yang patut diperhatikan dari tali dari bahan nilon adalah rendahnya titik leleh dari serabut nilon tersebut. Panas yang dapat melelehkan tali terjadi dari daya gesek pada saat penggunaan (gesekan dari tali dengan static loop). Tali nilon juga akan mudah dipotong pada saat tegang, batuan tajam dan permukaan yang kasar dapat membuat kerusakan yang membahayakan. Kerusakan pada Tali dapat menyebabkan perasaan tidak aman pada saat
digunakan. Penampilan dari Tali haruslah dapat meyakinkan pengguna untuk merasa bahwa tali yang digunakan adalah alat yang sangat-sangat aman.
Tidak ada seseorangpun yang akan menanggung tanggung jawab dari penggunaan tali, jangan pernah menggunakan tali basah (washing line) atau tali penderek kendaraan (dosa terbesar dari penggunaan tali). Jika tali kotor, cuci tali untuk menghilangkan pecahan kecil yang dapat merusak serabut/serat. Penggunaan mesin cuci dengan air dingin tanpa detergent merupakan cara paling baik untuk mencuci tali. Setelah itu tali disimpan dalam keadaan harus tergulung.
Beberapa point penting dalam pemeliharaan tali sintetis :
• Bila tidak digunakan, tali harus tetap dalam keadaan tergulung rapih dan sebaiknya digantung.
• Jangan digunakan melebihi kekuatannya.
• Jangan pernah menginjak, menduduki atau meletakkan benda yang berat diatas tumpukan tali.
• Simpan tali dalam ruangan yang berventilasi baik.
• Biasakan menyimpan tali dalam keadaan kering, bila lembab, jangan digulung atau disimpan, unggu sampai tali benar-benar kering.
• Jauhkan dari bahan kimia dan sinar matahari langsung.
• Untuk tali yang dipergunakan dalam caving dan rock climbing usahakan memperlakukan tali dengan lembut dan jauhkan dari batu atau benda tajam lain. Pakailah simpul yang benar karena hal ini juga mempengaruhi usia tali.
• Periksalah tali secara teratur, terutama setelah dipergunakan atau sewaktu akan dipakai.
• Jangan pernah meminjam dan meminjamkan tali jika tidak yakin dengan keadaan tali tersebut dan jangan memakai tali yang diduga sudah kurang baik.
PERHATIKAN TALI ANDA
DAN TALI ANDA AKAN MENYELAMATKAN ANDA !!!!!!

Periksa tali setiap saat dengan teliti dan luangkan waktu sebanyak mungkin. Perhatikan kerusakan tali seperti sobeknya lapisan luar/pembungkus serat. Jauhkan tali dari benda-benda panas dan simpan pada tempat yang teduh.
Kapan waktunya untuk mempensiunkan tali ??? adalah saran yang sangat sulit. Tetapi sebagai panduan adalah seberapa sering tali tersebut digunakan dan bagaimana perlakuan terhadap tali tersebut. Tak pelak lagi penggunaan tali oleh para penjelajah akan lebih awet dibanding dengan penggunaan tali oleh pemanjat tebing.

PANDUAN PALING TEPAT,
“BILA RAGU PADA TALI ANDA, BUANG SAJA”
KNOTS (SIMPUL)
Jenis-jenis Simpul
Dalam tali-temali perlu dikuasai teknik membuat simpul dan penggunaannya secara tepat, sebab kekuatan tali ditentukan juga oleh kekuatan simpulnya. Simpul yang baik akan kuat, tetapi mudah diuraikan kembali, sebaliknya simpul yang buruk akan mudah lepas, tidak kuat dan mungkin sulit diuraikan.
Penggunaan simpul sangat diperlukan dalam kegiatan-kegiatan di alam bebas. Untuk dapat menguasai simpul-simpul yang sangat banyak jenisnya, perlu latihan dan kebiasaan.
Sebagai dasar, inilah beberapa simpul-simpul dasar yang harus dikuasai :

Simpul merupakan alat penting dalam kegiatan alam bebas. Penggunaan simpul yang baik dan tepat akan mengamankan kegiatan kita.)

Buat simpul 8 pada tali tunggal kemudian sisakan ujung yang agak panjang, sisipkan seputar pegangan kemudian ikuti tali terdahulu tapi dengan urutan terbalik dari simpul 8. Simpul ini merupakan simpul yang baik untuk sosok pinggang pohon dan thread belay dimana tidak ada kemungkinan untuk memasukan/menyisipkan simpul dari atas pegangan.

Figure 8 loop adalah simpul yang efektif daripada overhand loop untuk membentuk pegangan pada pinggang Simpul yang baik untuk pemula karena jika terdapat kesalahan masih merupakan simpul yang aman digunakan. Simpul ini sangat mudah dilepas.

Single Bow Line merupakan simpul standar. Jangan mengikat tali terlalu ketat pada pinggang, ukuran yang baik adalah seukuran lingkar bawah tulang iga, sisakan sekitar 30 - 50 cm dan ikat dengan simpul overhand pada sosok pinggang.

Simpul terbaik untuk menyatukan dua ujung tali. Setiap ujung tali yang satu, dua kali melewati ujung tali yang lain dan kembali melewati sosok yang telah dibuat sebelumnya. Sisakan setiap ujung 15 - 23 cm.

Sering kali digunakan untuk menyatukan pita untuk membuat sling atau tali tubuh.

Simpul ini digunakan dalam teknik pemanjatan dengan cara meniti pada tali. Simpul ini akan ”menegang” apabila mendapat beban dan akan mengendur apabila tarikan dikurangi.

Simpul pangkal sangat dikenal oleh semua aktivitas alam bebas karena simpul ini sangat mudah dan banyak kegunaannya dan selalu digunakan untuk sebuah penambatan pada pemanjatan.

Simpul italian hitch digunakan sebagai fungsi belaying pada sebuah aktivitas alam bebas terutama pada kegiatan pemanjatan bahkan sebelum ada belay equipment dan rappling equipment seperti sekarang ini.

IKATAN
Tali dapat juga dipergunakan untuk menyatukan benda-benda yaitu dengan menggunakan ikatan. Macam-macam ikatan adalah tergantung bagaimana posisi benda yang akan disatukan tersebut. Mengikat dua buah benda kayu dengan posisi diagonal tentu berbeda dengan cara engikat tiga buah patok yang bertumpuk (standard kaki tiga). Ikatan banyak gunanya, antara lain untuk membuat kerangka shelter /bivouac, menyatukan tumpukan kayu/barang berat agar mudah dibawa/diangkat, membuat tangga kayu dan sebagainya.
Biasakanlah membuat ikatan dengan rapih seperti halnya membuat simpul, karena akan mempengaruhi kekuatan dan daya tahan persatuan benda-benda tersebut.

HARNESSES and OTHER EQUIPMENT
Harness merupakan alat pribadi yang harus dimiliki oleh semua aktivitas alam bebas terutama untuk beberapa kegiatan tertentu yang sangat spesifik membutuhkan pengaman, misalnya untuk kegiatan olah raga panjat tebing, caving (penelusuran gua), rappling (turun tebing), river crossing dan lain sebagainya.
Untuk para pemula yang ingin berkecimpung dalam dunia olah raga tersebut di atas, yang dituntut harus memiliki perlengkapan pribadi antara lain harness yang jelas dilihat dari sisi nominal harganya relatif mahal, maka akan dijelaskan beberapa jenis harness yang mudah-mudahan dapat mempermudah memilikinya.

SEAT HARNESS
Tipe ini sering digunakan untuk kegiatan olah raga panjat tebing karena mempunyai kenyamanan untuk posisi pinggang dan paha serta lebih praktis untuk digunakan oleh siapa saja, ada berbagai macam model serta merk yang dapat kita jumpai dan dapat kita miliki sesuai selera masing-masing.

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut :

Model Seat harness yang menggunakan Beckle dan dapat digunakan oleh beberapa ukuran paha yang berbeda dapat diperbesar dan diperkecil lingkarannya.

Model Seat harness yang ini pada lingkar pahanya tidak menggunakan Beckle dan penggunanya lebih jelas dengan ukuran pahanya masing-masing yang berbeda lingkarannya.

Full Body Harness
Jenis harness ini sering digunakan untuk kegiatan penelusuran gua (caving), karena mempunyai bentuk yang mengamankan tubuh secara keseluruhan dan lebih aman untuk aktifitas casing atau rappelling yang vertikal, dan harness ini relatif jarang digunakan oleh kalangan petualang atau kalangan penggemar outdoor
activity di Indonesia.
Untuk lebih jelas bagaimana perbedaannya dengan seat harness dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Model Full Body harness yang ini mempunyai lingkar paha dengan beckle dan lingkar pinggang serta lingkar pada punggung yang bertemu pada satu titik ada bagian badan, lebih mudah untuk aktifitas turun tebing atau rappelling serta ascending dengan pemasangan alat di depan tubuh kita dengan ukuran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

TALI TUBUH
Generasi sebelum Seat Harness kita kembali ke peralatan sebelum itu untuk aktifitas alam bebas dan sampai sekarang masih banyak digunakan oleh penggemarnya karena mempunyai banyak kelebihan antara lain; dilihat dari nominal harga jauh lebih murah, dapat dijumpai dibanyak tempat, ukuran dapat disesuaikan dengan keinginan pemakai atau selera dan mempunyai warna yang bermacam-macam.

Adapun kekurangan dari tali tubuh yaitu untuk kenyamanan memang tidak bisa dijamin karena tidak menggunakan bantalan lagi seperti seat harness, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah berikut ini :

Untuk ukuran panjang webbing yang dapat digunakan untuk tali tubuh sekurang-kurangnya dengan panjang 4,5 meter dengan bahan nylon yang berbentuk melingkar, dan untuk tambahan guna membuat pull body dapat ditambah sesuai ukuran tubuh pengguna untuk standar adalah 2 x tali tubuh dengan ukuran 4,5 meter.

Other Equipment
Peralatan yang sering digunakan untuk kegiatan alam bebas sangat banyak sekali baik dari jenis, bentuk serta modelnya. Kita harus dapat memilah dan memilih peralatan mana yang cocok untuk kegiatan yang akan kita lakukan, jadi keberangkatan kita pada suatu tempat sudah terencana dan membawa peralatan sesuai dengan yang direncakan.

Perlunya mengetahui peralatan merupakan bekal dari kita untuk melangkahkan kaki di dunia petualangan, karena perbedaan kecil tapi mempunyai kegunaan yang berbeda pasti bakal ditemui untuk peralatan yang digunakan antara panjat tebing (rock Climbing) dengan penelusuran gua (caving) dan lain sebagainya.

ANCHOR (Pengaman)
Pemilihan tambatan yang baik adalah hal pertama yang penting dalam pemasangan sistem belay. Tidak menjadi pertimbangan dalam isolasi, walaupun demikian merupakan hal yang menentukan dalam penentuan lokasi dari pem- belay-an. Tipe terbaik dalam menentukan tambatan adalah tempat yang dapat menerima tarikan dari berbagai sudut, termasuk tarikan dari arah atas seperti pohon dan rekahan/galur. Seringkali tambatan harus dibuat dari paku hal ini cukup baik pada saat tali yang tertambat pada tambatan mendapat tarikan dari arah bawah. Idealnya tambatan tidak terlalu jauh dari posisi belayer dan lebih tinggi dari belayer.

Seringkali hanya satu posisi berdiri yang memungkinkan untuk digunakan, pilih posisi yang paling baik untuk mengamankan orang yang memanjat dengan mempertimbangkan hal-hal :
• Posisi belayer harus dapat mengikuti kemajuan dari pemanjat pada tahapan (pitch) sehingga belayer dapat membantu memberikan saran dan semangat.
• Bila memanjat dengan pemula, maka penting untuk dapat secara langsung lokasi mulai pitch untuk pengawasan ikatan pamanjat pemula dll.
• Tali harus diusahakan bebas dari runtuhan lepas
• Tali tidak boleh melewati batuan tajam.
• Belayer harus mempunyai tempat yang cukup lapang sehingga posisi ideal dari belayer dapat diterapkan, baik itu berdiri maupun duduk dengan posisi pijakan yang baik bagi kaki.
• Posisi dari belayer, jika memungkinkan berdiri segaris antara tambatan dan pemanjat. Sehingga apabila pemanjat tergelincir/jatuh maka tali antara belayer dan pemanjat akan menegang sehingga bila belayer berada diluar posisi/tidak segaris dengan pemanjat dan tambatan, belayer akan terseret.

Penempatan Belayer kepada
Tambatan

Tali yang mengikat pinggang dilewatkan kepada tambatan dan belayer takes up his stance. Ujung tali yang telah dikaitkan kepada tambatan dikaitkan kepada susuk pinggang dan diikatkan dengan sosok bentuk 8. Yang perlu diperhatikan adalah pada saat belayer telah siap untuk mem- belay maka tali antara belayer dan tambatan tidak boleh kendur.


Pijakan Belay Tied off at the anchor
Cara alternatif dari cara tersebut di atas adalah mengikatkan simpul bentuk 8 atau simpul overhand pada tali yang diambil dari pinggang dan menempatkannya pada tambatan. Hal yang sulit adalah mengatur panjang dari belay, keuntungannya belayer dapat melepaskan dirinya dari tali jika diperlukan sementara membiarkan orang kedua diamankan.

Thread belay
Tambatan thread adalah lobang alam atau celah diantara batu dimana tali dapat dilewatkan untuk mendapatkan tambatan yang dapat menahan tarikan dari beberapa arah. Pada kenyataannya tambatan tersebut terbuat dari batuan atau tonjolan kecil pada rekahan dan harus diperiksa dan dicoba apakah cukup kuat. Tambatan ini merupakan tambatan yang paling aman. Terdapat beberapa jenis cara untuk menggunakan tambatan tersebut.

BELAYING (Penambat)
Mem-belay adalah untuk menyediakan perlindungan pemanjatan bagi anggota kelompok pendaki dengan menggunakan tali. Prinsipnya adalah pada saat yang sama hanya satu orang yang melaksanakan pendakian yang mana proses pendakian tersebut diamankan dengan tali yang diatur oleh belayer. Sementara itu belayer sendiri telah mengamankan dirinya dengan menambatkan tubuhnya dengan sosok tali yang diikatkan pada tebing.
Pemanjatan dilaksanakan dengan cara membagi lintasan kedalam beberapa pitch (tahapan pemanjatan) dimana setiap tahapan dimulai dan selesai pada belay. Pada kasus ini bila anggota pemanjat terjatuh maka dia akan dapat diamankan oleh belayer .
Pada situasi di gunung pemimpin kelompok harus selalu berada pada posisi dimana dia harus dapat menahan kemungkinan terjatuh dari atas. Meskipun demikian selalu bersiap terhadap kemungkinan yang buruk
dan memiliki pengalaman menghadapi kejatuhan pemimpin. Kemungkinan yang terbesar adalah mengamankan kelompoknya dengan melakukan pemanjatan pendek-pendek (short rock pitch) atau menyeberangi punggungan terbuka.

Pada kasus tersebut dia harus dapat menyediakan tali yang aman walaupun dengan resiko menanggung beban anggota dan menurunkan anggota tersebut ke dasar tahapan pendakian.
Harus disadari bahwa sistem belay memiliki beberapa komponen yang saling tergantung. Peralatan yang buruk, simpul yang tidak kuat, kurang perhatian dari kelompok, tambatan yang buruk, dan tali yang kuat membuat semua persiapan menjadi tidak berharga.
TOP ROPING and SLINGSHOT SETUP

SCAMBLING
Bentuk dataran pada pegunungan seringkali menimbulkan keuntungan tersendiri. Berbagai bentuk dari tonjolan batuan sering dapat menjadi alat menuruni bukit. Sayangnya tidak semua lereng menyengkan seringkali lereng dapat menyebabkan terkilirnya kaki dan kondisi lebih parah dari itu bagi kelompok yang terlalu semangat untuk turun.
Terdapat dua bahaya yang perlu diwaspadai : batuan yang mudah lepas dan tebing yang tersembunyi. Bahaya ini dapat dihidari dengan cara menjaga kelompok tetap bersama-sama atau memberikan jarak perorangan secara horizontal. Yang penting adalah menghindari lepasnya reruntuhan batuan. Kadang-kadang lerengan diakhiri dengan tebing dimana hal Ini sulit untuk diamati dari atas, terutama bila terdapat lereng lanjutan setelah tebing tersebut.

Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing
Teknik Mendaki
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.
a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
b. Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
c. Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d. Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.

Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
1. Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
2. Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
3. Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.

System Pendakian
1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah berhasil untuk seluruh team.

2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).

Teknik Turun / Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
b. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
c. Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.

Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling
1. Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa panas.
2. Brakebar Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
3. Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
4. Arm Rappel / Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.

Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1. Periksa dahulu anchornya.
2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4. Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
5. Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.
Pada waktu turun dengan tali perorangan dan cincin kait, bila sampai terjadi posisi kepala berada di bawah dan kaki diatas atau yang sering disebut geblak , maka cara mengatasinya :
1. Tali utama yang dipegang oleh tangan pengerem dibawa kedepan, disatukan dengan tali utama yang berada diantara kedua kaki.
2. Kedua lutut dilipat sambil merapat di tebing dan digeser sampai kebawah sampai pada posisi semula.
3. Untuk mempermudah pergeseran kedua kaki, tangan yang satunya membantu dengan cara menekan dinding tebing.
4. Bila sudah kembali pada posisi semula, tangan yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan kembali memegang tali utama sedangkan tangan pengerem juga kembali ke posisi semula.

TEKNIK MEMANJAT TEBING
Hal yang menyenangkan dari memanjat karena kegiatan ini seringkali terjadi secara spontan dan tidak sulit. Tentunya terdapat beberapa tehnik yang harus dipelajari dan pemanjatan modern sering kali melibatkan penggunaan peralatan khusus yang canggih. Tetapi dari semua itu, kegiatan ini muncul secara alami.
Meskipun demikian terdapat beberapa prinsip dasar yang bila diterapkan pada cara memanjat yang alami akan dapat memperbaiki cara, kemampuan memanjat, membantu meningkatkan kepercayaan diri dan memudahkan pemimpin kelompok. Beberapa prinsip dasar tersebut adalah :
• Dari dasar tebing amati dan bayangkan jalur yang akan ditempuh.
• Memanjat dengan gerakan yang teratur, antara tempat beristirahat dan langkah selanjutnya.
• Sebisa mungkin dalam melakukan pemanjatan beban dan keseimbangan bertumpu pada kaki bukan pada tangan.

• Pertahankan tiga posisi pada batuan/tebing dan 1 posisi mencari pijakan (Tiga kuat satu mencari).
• Jaga tangan tetap rendah dan hindari tangan yang terlalu membentang.
• Jaga tumit tetap rendah dengan engkle yang lentur amati dimana tempat akan menempatkan kaki.
• Uji Pegangan yang meragukan.
• Gunakan logika dalam menterjemahkan prinsipprinsip tersebut.

ABSEILING
Terdapat kecenderungan pada beberapa orang untuk mengangap remeh abseiling. Tercatat setiap tahun pemanjat berpengalaman, jatuh karena abseiling, dan sering kali karena kesalahan yang dasar sepele. Sebagai teknik untuk menuruni tebing sulit seperti di Alpen dan pegunungan di Inggris yang merupakan hal yang biasa untuk menuruni puncak tebing. Juga dapat digunakan oleh leader kelompok penjelajah, menuruni tebing untuk membantu seseorang yang terjatuh dimana tidak ada jalan lain untuk mencapainya.
Pada saat lain abseil digunakn oleh leader untuk menuruni pitch untuk menyelesaikan masalah gawat-darurat. Harus menjadi penekanan adalah jika di kelompok penjelajah/pejalan kaki maka abseil hanya dilakukan oleh leader dari kelompok dan bukan oleh anggota kelompok. Hal ini dikarenakan tidak adanya tali penyelamat dan beberapa pelaku harus melakukan tanpa tali cadangan dari atas.

ABSEIL KLASIK
Ini merupakan cara dasar dari penggunaan tali dan semua pelaku harus terbiasa melakukannya. Tidak diragukan lagi cara ini memang memiliki banyak kekurangan dan bukan satu-satunya pilihan, tapi cara ini cara yang sangat sederhana. Cari tambatan yang baik, bila mungkin setinggi kepala dan harus memungkinkan tali bergerak dengan bebas bila ujung tali yang satu ditarik, hal ini memungkinkan tali ditarik jika proses abseiling selesai. Uji kekuatan tambatan sebelum abseiling dimulai dengan cara memberikan beban seluruh tubuh pada tali. Salah satu kekurangan dari cara ini adalah dapat merusak pakaian kita dan tubuh jika kurang hati-hati. Gunakan sweater untuk melapisi anorak, tambahkan bahan-bahan yang empuk pada bagian dimana tali akan lewat dan yang terpenting gunakan sarung tangan.
Memulai abseiling ini agak sedikit sulit terutama pada langkah awal. Lakukan satu-dua langkah sampai didapat posisi luncur yang baik. Gesekan pada tubuh biasanya membuat lambat pergerakan. Lakukan perlahan-lahan, jangan mencoba menahan berat tubuh dengan cara menahan tali pada tangan atas, Untuk mengurangi kecepatan luncur gunakan tangan bawah. Penting juga untuk mengulur tali yang melintasi tubuh untuk mengurangi gesekan pada tubuh. Tahan keinginan untuk dengan segera meluncur turun. Perhatikan Batuan yang gugur karena tali dan kaki.
Bagi yang telah terbiasa dengan tehnik pemanjatan, biasanya penggunaan tali tubuh/ seat harness dan carabiner screw gate / Figure of 8 memudahkan proses abseiling, cara ini hampir sama dengan abseiling klasik hanya saja kaitan tali bukan pada tubuh tapi pada carabiner.
ASCENDING DAN PUSSIKING

TRAVESING
Prosedur Pendakian
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut
1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
2. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
3. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang achor.
4. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

Tidak ada komentar: